Mari duduk denganku barang sebentar, kawan

Feb19,2024

Sebentar kubakar dulu sebatang rokokku, minumlah kopi ini sembari kita membahas setiap sudut  tentang kampanye pilpres 2024 ini, mungkin kau juga mengamatinya.

Lihatlah kawan,  sudah berapa jauh kampanye yang berlangsung dari setiap paslon baik itu paslon 1,2 dan juga 3 dengan strategi dan cara yang tak ada  habisnya demi memperoleh suara yang mereka inginkan.

Tentunya para pemilih  juga memandang hal ini dengan berbagai perspektif, beragam caption dan slogan yang muncul dari para pendukung mereka. Pendukung paslon 1 dengan “orang cerdas pilih paslon 1” nya, pendukung paslon 2 dengan “all in” nya, paslon 3 dengan “cepat dan unggul” nya. Diluar itu, serangan antar pendukung juga tak kalah hebatnya seperti sengkuni, kasus pelanggaran HAM, dan boneka partai yang ditujukan kepada setiap paslon. Kawan, tentu ini bukanlah suatu hal yang aneh ketika mendekati pemilu. Jika kau bertanya kepada guru atau dosenmu, mungkin dia akan mengatakan banyak logical fallacy yang terjadi ketika kampanye ini.

1. Argumentum ad hominem 1, kesesatan berfikir yang terjadi karena menyerang personal. Kau juga pasti melihatnya kawan disaat pendukung paslon A yang menyerang personal paslon B dengan mematikan karakternya dengan pernyataan “berjalan saja susah, bagaimana mau memimpin negara”  sebuah pernyataan yang sangat disayangkan ketika yang menyatakan adalah tokoh agama. Pastinya di setiap agama mengajarkan bahwa menghina fisik adalah suatu perbuatan tercela, terlebih lagi ketika konsep ini digunakan untuk kampanye. Apakah fisik seseorang menjadi tolak ukur didalam memimpin sebuah negara? Mari kita pikirkan dan simpan jawabannya

2. Argumentum ad hominem 2, kesesatan berfikir yang muncul akibat suka atau tidaknya seseorang terhadap orang lain, dalam hal ini setiap paslon. Ketika kau mendengar seseorang  mengatakan pilihannya jatuh kepada paslon ini dengan alasan tidak suka melihat paslon lainnya, hei kawan itu tidak lain merupakan keputusan yang buruk. Jangan karena ketidaksukaan kepada paslon lain menjadikan kita buta akan kebenaran. Karena ketika kau sudah menyatakan kebencian terhadap paslon ini dan itu, walaupun yang mereka sampaikan adalah kebenaran, kau tak akan menerimanya karena sudah terlanjur tidak suka dengan personalnya maka dampaknya adalah kebenaran itu tak sampai kepadamu, kebenaran itu tak lagi pada esensinya.

3. Argumentum ad populum, argumen  yang ditujukan kepada khalayak ramai supaya membenarkan argumen tersebut. Ketika ada sebuah statement yang belum jelas kebenarannya dan dikarenakan besarnya persentase kepercayaan kepada statement tersebut, maka argumen itu dianggap benar. Kawan, mungkin kau sudah melihat dimasa kampanye ini banyak orang yang terprovokasi oleh beragam isu yang ditujukan kepada setiap paslon, baik itu berupa isu yang menjatuhkan maupun membela. Bisa saja isu tersebut masih simpang siur kebenarannya. Akan tetapi dengan banyaknya kepercayaan terhadap isu yang dipaparkan tersebut orang orang menganggapnya sebagai sebuah kebenaran tanpa mencari tahu ataupun mengupasnya terlebih dahulu.

4. Argumentum ad verecundiam, sebuah kesesatan berfikir dimana keahlian dan kewibawaan menjadi tolak ukur benar atau tidaknya pernyataan yang disampaikan, bukan berdasarkan eksistensi kebenaran itu sendiri. Dari banyaknya kekeliruan dalam memahami esensi dari kampanye yang ada, mungkin ini merupakan logical fallacy yang paling banyak kita jumpai. Sebagai contohnya apa yang dikatakan beliau adalah benar karena “beliau adalah paslon yang paling dekat dengan ulama”, “beliau adalah orang yang berlatarbelakang militer”, “beliau adalah paslon yang diusung oleh salahsatu partai besar”. Jika kita amati semua pernyataan tersebut adalah pandangan yang berdasar pada posisi orang yang menyatakannya. Seolah olah kebenaran itu bukan sesuatu yang berdiri sendiri dan bukan berdasarkan penalaran sebagaimana mestinya. Jika kita menggunakan sudut pandang ini sebagai landasan untuk memilih presiden nantinya, bisa saja paslon yang memiliki posisi dan kewibawaan yang lebih besar menyampaikan pernyataan yang mungkin saja keliru akan tetapi dengan kewibawaan yang dimilikinya kita menganggap benar pernyataan tersebut.

                Kawan, mungkin sedikit sulit untuk menyampaikan pernyataan ini kepada para pendukung garis keras setiap paslon. Menyampaikan untuk tidak melihat kebenaran maupun keunggulan setiap paslon dari segi segi yang digambarkan tadi, melainkan dengan melihat kebenaran yang berdiri sendiri, kebenaran yang sesuai dengan esensinya, bukan kebenaran yang dianggap benar karena kerancuan pemikiran yang ada. Kawan, sudah saatnya kebenaran yang sejati yang menjadi landasan kita untuk menentukan nasib negara ini kedepannya, terlepas dari paslon manapun itu.